Connect with us

KABAR INSPIRATIF

Diary Dandelion

Published

on

Pekatnya kopi itu terasa pahit,tapi tak apa-apa dibanding getir skenario Tuhan di senja itu. Seperti ada teriakan petir atau… teriakan hatiku yang sesak ingin dikeluarkan lewat suara vokal, entahlah aku tak dapat lagi membedakan, yang jelas keduanya adalah teriakan, tak peduli dari mana…
Pagi ini, setahun setelah senja itu menjadi skenario terpahit yang Tuhan gariskan selama masa hidup yang kuperoleh. Ada kisah dengan pertanyaan yang tanpa sadar bisa kujawab entah arwah apa yang dibisikan atau keajaiban apa yang datang…pagi itu bahkan sama seperti hari-hari sebelumnya, anak-anak kampus yang ramai berjalan, beberapa berlarian karena takut telat, atau segerombolan orang yang tertawa lantang karena merasa populer, namun ada satu hal yang mengusik perhatianku saat Pak Ismail, Dosen ilmu komunikasiku membahas ini…
“Bahasa non verbal, adalah pesan yang disampaikan tanpa menggunakan kata-kata. Biasanya bahasa non verbal ini melibatkan gerak-gerik tubuh seperti mimik wajah atau ekspresi, mata,nada bicara, atau sebuah gambar-gambar tertentu seperti simbol”
Simbol?
“Simbol disini bisa diartikan dengan tindakan tertentu di bebera tempat yang juga menjadi tradisi dalam lingkup sosialnya, misalnya tradisi orang Indonesia memasang bendera berwarna kuning apa bila ada meninggal”
Gadis berkerudung biru di sudut ruangan mengacungkan tangannya
“Pak , lalu bagaimana dengan filosofi? Apakah filosofi termasuk bahasa non verbal?”
“ Yah, tentu saja!”
Kau tahu apa itu filosofi? Sungguh aku juga tak pernah tahu. Sampai detik itu aku tahu bahwa filosofi adalah bagian dari bahasa non verbal. Ia menjelaskan banyak hal tanpa kata, tapi bisa orang pahami. Mungkin tak jarang kita mendengar filosofi kopi, coklat, atu hal lainnya. Lalu ada satu filosofi yang menjawab semua rasa khawatirku akan hari esok yang orang sebut dengan masa depan. Aku mengenangnya di buku diaryku satu tahun lalu, saat hidup benar terasa pahit.
03 September 2016


Diary Dandelion
Puji Tuhan atas segala kuasanya
Dan maafkan aku….
Yang bertanya atas sesuatu yang telah ada jawabnya Atau, aku yang terlalu terbuai nikmat? Hingga pahit kuecap, semua lara kuhujat Maafkan aku wahai Yang Maha Dzat

Aku tak menatap kebijakan si Randah Tapak

Benihnya tumbuh bersama hujan Desember
Merekah menjadi Dandelion
Ia bukan tulip,yang terkenal dengan kesuciannya
Juga bukan edelweis, yang indah karena mahkotanya
Sederhananya, ia indah atas apa yang ia terima
Siklus yang mempermainkan perasaanya
Ia harus rusak karena kalapnya angin
Begitu rapuhnya ia, sampai angin membawanya suka-suka
Tapi untuk itu…ia menjadi penjelajah
Tunduk kemanapun arah angin membawanya
Di gurunkah, ilalang, atau pohon besar yang tumbuh dengan rindangnya
Ia tak bisa berhenti, karena untuk hidup angin harus
membawanya bergerak
Bergerakmeninggaalkan kenyamanan yang ia punya
Dan tumbuh di tempat baru
Tanpa kawan, sendirian

Senja pahit itu, terjadi setahun lalu, tepat satu hari sebelum hari kelulusanku. Bapakku sakit, hutang keluarga semakin membengkak untuk semua pengeluaran,mulai dari biaya pengobatan,biaya kuliah kakaku, belum lagi untuk keperluan sehari hari. Pilihan yang sulit, karena aku tak mungkin tega melanjutkan pendidikan kuliah dengan keadaan yang seperti itu.Saat itu mimpi yang telah kukumpulkan, seolah berserakan seketika, hancur menjadi keeping-keping kecil. Setiap hari aku melewati hari dengan rasa takut dan khawatir. Takut akan kesehatan bapak, khawatir atas kecemasan ibu yang bahkan masih bisa kulihat jelas sekalipun ia berusaha menyembunyikannya. Aku menjadi tak percaya diri, bersembunyi dari semua kabar termasuk media sosial. Dengan langkah patah-patah, aku coba mengumpulkan kembali setiap keeping dari serakan mimpiku, aku harus bertahan. Sampai aku berjualan es lilin di depan sekolah dasarku dulu, siangnya aku mengajar di Madrasah dekat rumahku, berbekal pengetahuanku dari pondok pesantren aku memberanikan diri. Lalu aku merantau, berharap ada rejeki yang bisa kujemput di kota Metropolitan, menunggu, tapi belum ada panggilan satu kalipun dari puluhan surat lamaran kerjaku.
Sampai ada satu pekerjan, yang awalnya dengan berat hati kuterima,aku menjadi pembantu. Jujur, di daerahku tidak menjadikan pendidikan bagian terpenting dari hidupnya, bukan hal baru s jika gadis seumuranku menjadi seorang pembantu. Tapi itu hal yang mungkin sulit kuterima, bahkan Bapakku melarangku keras. Tapi aku tidak punya pilihan, rasanya adalah keegoisan melihat derita mengalir sepnjang aku masih dirumah tanpa bisa bernuat apapun. Setidaknya andai aku belum bisa memberi, aku masih bisa berdiri di atas kakiku. Sampai lamawaktu berjalan, semua rasa kekhawatiranku terjawab, aku hanya bagian kecil dari kuasa langit, tak sewajarnya aku mencemaskan hari esok, karena hanya Tuhan yang berkehendak atasnya. Diaryku berubah sejak satu tahun itu terlewati, mungkin tidak sebijak Diary Dandelion, tapi benih Dandelion mengajarkanku penerimaan atas titah-Nya. Menerima untuk ikhlas, bersabar dan ikhtiar.

Jika semua yang kita kehendaki teruskita miliki, dari mana kita belajar ikhlas?
Jika semua yang kita impikan segera terwujud, dari mana kita belajar bersabar?
Jika setiap do’a kita terus dikabulkan, bagaimana kita belajar ikhtiar?
Aku belajar memahami apa yang tidak di ucapkan lisan.


cerpen ini pernah diikut sertakan dalam lomba gebyar mahasiswa bidikmisi nusantara
Tentang Penulis:

Penulis Ayu Nadia

TTL : Brebes, 2 Mei 1998
Hobby : Membaca, Menulis, dan Traveling
Instagram : ayu_nadia02

x


Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

ARTIKEL

Difabel Berprestasi, Raih Beasiswa KIP Kuliah

Published

on

Menjadi seorang yang memiliki kebutuhan khusus dan menjadi minoritas bukanlah hal yang biasa. Maulana Haikal contohnya, ia menjadi salah satu difabel yang memiliki semanggat dan keinginan tinggi untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Dengan prestasi dan keahlian yang ia miliki mengantarkan Maulana Haikal ke gerbang Universitas untuk meraih gelar sarjana. Tak cukup sampai disini, Ia juga menjadi peraih beasiswa Kartu Indonesia Pinta (KIP) Kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mahasiswa jurusan Kesejahteraan sosial UIN Jakarta ini berhasil merebut perhatian Prof. Dr. Amany Lubis, M.A selaku Rektor UIN Jakarta pada acara Oreintasi Mahasiswa Berprestasi (ORMASI) KIP Kuliah di Auditorium Prof. Bachtiar effendy FISIP pada jumat 23/12/2022.

Alunan piano yang ia mainkan sangatlah merdu, bahkan sangatlah tidak mudah dimainkan oleh seorang yang memiliki kebutuhan khusus. Namun, Maulana Haikal dapat membuktikan bahwa keterbatasan tak memberikan batasan ia untuk berperstasi dan memiliki keahlian layaknya orang normal pada umumnya.

Maulana Haikal memainkan piano dengan nada “Happy Birtday” turut mengiringi kegembiraan dan ucapan selamat ulang tahun kepada Prof. Dr. Amany Lubis, M.A (Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

Amany Lubis juga berpesan kepada penerima Beasiswa KIP Kuliah, bahwa beasiswa bukan hanya sebatas pemberian. Namun, sebagai amanah yang harus dikembalikan dengan cara berkontribusi dalam kehidupan negara. Ia berharap para mahasiswa juga mampu menyelesaikan kuliahnya tepat waktu dan mendapatkan prestasi yang membanggakan di manca Nasional maupun Internasional.

Continue Reading

Berita Terkini

Tips Menghindari Informasi Hoax Seputar Covid-19

Published

on

Cara menghindari informasi hoax covid 19

Saat ini, pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum usai, Dan Di tengah pandemi virus corona covid-19, makin banyak saja berita hoaks yang berseliweran di media sosial, seperti Facebook Twitter,instagram mupun media sosial lain. Dan Kabar hoaks ini tentunya menimbulkan banyak keresahan bagi para pembacanya.

Lantas, bagaimana cara membedakan informasi asli dengan kabar hoaks yang sering beredar di media sosial? Kali ini kami akan menyampaikan beberapa poin atau hal yang dapat dilakukan, agar kita terhindar dari informasi hoax.

1. Berhati-hati dengan Judul yang Provokatif

Membaca judul sebuah artikel merupakan cara yang sangat mudah untuk mengetahui kebenaran dari faktanya. Biasanya, berita hoaks menggunakan judul yang sangat provokatif dan bombastis untuk menarik emosi pembaca.

Saat judulnya provokatif, biasanya isi berita menggunakan format penulisan yang asal-asalan. Banyak berita hoaks yang semua hurufnya menggunakan kapital dan di-bold. jadi intinya jangan mudah terprofokasi dengan judul.

2. Perhatikan Situs Berita

Jika ada sebuah artikel, kita harus perhatikan sumber beritanya. Apakah itu dari media mainstream atau bukan. Bila bukan media yang kredibel, bisa saja itu menjadi kabar bohong atau hoax.

Biasanya, berita hoaks tentang virus corona yang bukan dari media kredibel menggunakan domain ber-akhiran blog (ex : Blogspot.com). Biasanya, media kredibel menggunakan domain yang ber-akhiran .com atau co.id. Namun, kita mesti cermat juga, karena ada juga yang mengatasnamakan media kredibel, meski domainnya menggunakan blog. Intinya kita jangan langsung percaya dengan satu blog saja, alangkah baiknya kita juga cek blog lain yang lebih kredibel dan terpercaya.

3. Konfirmasi Berita Ke covid19.go.id

Sebenarnya Pemerintah indonesia punya website resmi yang mengabarkan berita baru tentang virus corona, yakni di website covid19.go.id. Di akun ini juga ada kanal Hoax Buster yang terletak di bagian kanan atas.

Di kanal Haox Buster sendiri, ada banyak informasi yang salah beredar di masyarakat. Dan dari sini, kita bisa menelusuri berbagai kabar mengenai virus corona. Dan dari situ maka kita bisa tau, mana berita yang benar-benar fakta dan mana yang hoax.

4. Cek Keaslian Foto atau Gambar

Di grup WhatsApp, biasanya ada berbagai foto, baik itu benar atau sudah dimanipulasi. dan dari hal tersebut, maka kita , dapat mengecek keasliannya dengan menggunakan situs pencarian Google Image.

Caranya pun sangat mudah, kita tinggal memasukkan foto ke Google dengan memilih Gambar di kanan bagian atas. Setelah itu, klik gambar kamera di kolom pencarian dan upload fotonya.

Setelah itu Google bakal menampilkan hasil pencarian berupa foto yang sama dan situs mana saja yang telah memuat foto tersebut. Dan Cara seperti ini bisa membantu mengidentifikasi foto yang telah diedit atau disalahgunakan untuk berita yang salah.

5. Bergabung dengan Grup Anti-hoaks

Di media sosial , seperti Facebook atau media sosial lain sudah ada beberapa grup anti-hoaks, beberapa contoh di antaranya adalah Forum Anti Fitnah, Turn Back Hoax, hingga Mafindo atau (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia).  Di Grup-grup tersebut membahas banyak hoaks yang terjadi di Indonesia, tidak hanya virus corona, melainkan juga informasi yang lain.

6. Memeriksa Akurasi Fakta

Memeriksa akurasi fakta dapat dilakukan dengan mengetikkan judul berita tersebut di Google , ataupun menggunakan kata kuncinya sangatlah penting. Misalnya, Anda bisa mencari: “virus corona menular melalui udara”. Dan Saat daftar berita bertopik sama muncul, pilih situs yang kredibel. Dan dengan membaca dan membuka situs tersebut, maka kemungkinan informasi yang disampaikan adalah fakta, bukan hoax.

 

Kesimpulannya adalah kita dalam menerima sebuah informasi, hendaknya crosscek terlebih dahulu di sumber sumber yang benar kredibel, serta jangan langsung percaya dengan tagline judul, karena itu belum tentu valid dan benar, dan cara seperti ini bertujuan supaya kita mendapatkan informasi yang benar dan bermanfaat.

Continue Reading

KABAR INSPIRATIF

Agama VS Negara : Ibadah di masa pandemi

Published

on

Dimasa Pandemi seperti saat ini, dimana merupakan masa-masa yang sulit bagi setiap orang. Tidak hanya dalam hal aktifitas keseharian yang dibatasi, namun aktifitas ibadah juga tak luput dari pembatasan.

Pemerintah selaku pembuat kebijakan menerapkan peraturan bagi masyarakat untuk melakukan pembatasan pemberlakuan kegiatan masyarakat (PPKM), termasuk dalam kegiatan ibadah.

Lantas apakah aturan yang ditetapkan saat ini sudah sesuai dengan ajaran agama?

Ahmad Hifni, Selaku dosen UIN Syarif Hidayatullah mengatakan aturan PPKM yang dikeluarkan oleh pemerintah sudah tepat, namun aturan didalamnya harus lebih disederhhanakan lagi, sehingga masyarakat lebih mudah untuk memahaminya.

Jika pemerintah melakukan lockdown secara menyeluruh, ini akan berimbas kepada masyarakat secara langsung, perekonomian dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat akan kesulitan. dalam kaidah ushul fiqh dijelaskan, “Dar’ul Mafasid muqaddamu ‘ala jalbil masholih”, dimana bahwasanya mencegah kerusakan lebih didahulukan ketimbang mengupayakan kemaslahatan.

Beliau menambahkan bahwasanya Ibadah bukan hanya sekedar melakukan ajaran-ajaran dalam agama secara dhahir, namun lebih dari itu, ibadah merupakan isi atau konteks dari perwujudan diri untuk melakukan pendekatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sependapat dengan Dosen Ahmad Hifni, Pendeta Virgo Tri Septo Anggoro mengatakan bahwasanya aturan PPKM seharusnya dibuat sederhana mungkin, agar masyarakat mudah dalam memahami dan melaksanakannya. Dan juga  meskipun kegiatan dalam beribadah dibatasi dalam pelaksanaannya secara bersama-sama, namun masih banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya dengan memanfaatkan media online. Sebagai contoh, di gerejanya memberikan kemudahan kepada para jamaahnya dengan menyediakan sarana dan prasarana agar mereka tetap bisa melakukan ibadah dari rumah. Beliau menambahkan, tidak akan efektif jika ibadah tetap dilakukan secara bersama-sama, yang dikhawatirkan adalah pandemi ini tidak akan cepat usai dan bisa saja menimbulkan cluster baru.

Pada intinya, Negara tidak membatasi masyarakatnya untuk tetap melakukan kegiatan keagamaan. Namun disaat pandemi seperti ini, kurang pas rasanya jika kegiatan keagamaan tetap dilakukan secara offline. Oleh karena hal tersebut, pemerintah menganjurkan kegiatan ibadah dilakukan secara masing-masing demi terciptanya suasana kondusif.

Continue Reading

KABAR INSPIRATIF

Mahasiswa : Antara Akademis dan Organisatoris

Published

on

pakdentertainment.com- Sebuah dilema besar ketika sudah memutuskan untuk menjadi seorang mahasiswa. Adalah menjadi mahasiswa akademis atau organisatoris. Menjadi mahasiswa ambisius yang hanya mengejar nilai tinggi tiap semesternya  atau  yang selalu aktif di setiap kegiatan baik internal maupun eksternal.

Tidak bisa dipungkiri bahwa keduanya merupakan elemen penting  dalam dunia mahasiswa. Ketika  sudah memutuskan untuk terjun ke dunia perkuliaan, maka tidak jarang kita akan dihadapkan pada dua dilema besar ini.

Di antara keduanya , mana yang lebih baik, akademis atau organisatoris ?

Ahmad Ridwan Hutagalung, Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Syarif  Hidayatullah Jakarta sekaligus pengajar di pondok pesantren Jagad Arsy, Tangerang Selatan mengatakan bahwa di antara akademis dan organisatoris tidak bisa dipisahkan, mengingat kita sebagai mahasiswa punya peran dan tanggung jawab lebih ketika sudah terjun ke masyarakat. Kita bukan lagi sebagai siswa yang hanya belajar dan mengikuti apa yang diinstruksikan oleh guru tetapi, kita adalah mahasiswa di mana harus sadar bahwa kita sudah menyandang kata maha. Nah, kata “ Maha ” di sini mempunyai makna besar atau lebih. Artinya, sebagai seorang mahasiswa dituntut untuk  lebih berfikir  tentang bagaimana ketika sudah terjun ke masyarakat.

Beliau menambakan, kampus sudah memberikan ruang dan waktu untuk mengimplementasikan ilmu yang di dapatkan dari bangku kuliah seperti adanya KKN (Kuliah Kerja Nyata ). Dari situ kita bisa mengenal tentang bagimana bersosialisasi dengan masyarakat, menemukan karakter  yang berbeda-beda juga tentang kepemimpinan seseorang ketika di lapangan. Dalam dunia  masyarakatpun  demikian,  kita akan dituntut untuk lebih peka terhadap  perkembangan ekonomi,  teknologi , politik  maupun  lingkungan sosial .

Untuk menjadi  mahasiswa sejati,  tidak seharusnya  membandingkan  antara akademi dan organisasi, apalagi menganggap organisasi sebagai penghambat cita cita dan  tanggung jawab sebagai  mahasiswa. Justru organisasi menjadi ruang untuk mengembangkan akademi kita dalam  mempraktikkan ilmu, menggali dan mengembangkan potensi diri.

(Ulil Absor, Penggerak Gusdurian Madiun)

Continue Reading
Advertisement

Kabar Inspiratif

Trending